Sabtu, 17 Desember 2011

Bersyukurlah Atas Hidup Kita

Ketika kita memiliki masalah, mungkin kita merasa bahwa kita adalah orang yang tidak beruntung. Tetapi, sebenarnya diluar sana ada banyak orang yang harus menghadapi masalah yang jauh lebih besar dari yang kita miliki. Kunjungan ke Lingkungan Pondok Sosial (LIPONSOS) di daerah Keputih Tegal membuat saya lebih bersyukur atas hidup yang saya miliki sekarang.


Kunjungan saya dan teman-teman saya ke tempat tersebut pada tanggal 6 Desember 2011 kemarin adalah dalam rangka mata kuliah Keterampilan Interpersonal. Disana saya melihat sendiri bagaimana kehidupan mereka yang tidak seberuntung kita, mereka terpaksa harus tinggal di lingkungan pondok sosial. Menurut penuturan ibu Sri Supadmi selaku kepala LIPONSOS Keputih Tegal ini, penghuni LIPONSOS ini meningkat tajam. Sekarang sudah ada 958 orang yang tinggal disana, sedangkan tahun lalu penghuninya hanya sekitar 450 orang.

Penghuni panti rehabilitasi ini adalah penderita psykotik yang ditelantarkan oleh keluarganya, gelandangan, pemulung, dan pengemis.




Saat berkunjung kesana saya sempat berbincang langsung dengan Ibu Rofi'ah yang mengaku telah tinggal disana selama 1 bulan 14 hari. Ibu Rofi'ah ini adalah salah satu penderita psykotik yang tinggal di tempat ini. Ia mengaku tidak betah tinggal di tempat ini dan ingin segera kembali kepada keluarganya.


Ada pula Ibu Minarni yang ketika saya tanya apa hobinya saat berkenalan, ia menjawab dengan begitu polosnya, memulung. Bahkan memulung pun menjadi hobi ibu yang juga suka menyanyi ini. Menurut saya, memulung bukanlah suatu hobi, melainkan suatu keterpaksaan yang harus ia jalani.

Namun, sejauh yang saya lihat, mereka tetap terlihat ceria meskipun mengaku tidak betah tinggal disana. Mereka tetap tersenyum ramah dan menyambut kedatangan kami dengan baik. Mereka juga mengaku senang dengan kehadiran kami disana. Disana kami tidak dapat berbuat banyak, hanya bisa membagi keceriaan dengan menyanyikan lagu Laskar Pelangi dan Bunda. Saat menyanyikan lagu Bunda, saya pun tak kuasa menahan air mata karena merindukan sosok ibu saya dirumah.

Dari kunjungan tersebut, saya merasa sangat beruntung, saya masih memiliki keluarga yang sangat sayang dan peduli kepada saya. Saya tak perlu menghabiskan waktu untuk memunguti barang bekas ditempat sampah atau bahkan mengemis-ngemis dijalanan menanti belas kasihan orang yang melewati jalan itu. Saya juga sangat bersyukur atas segala kemudahan-kemudahan dalam hidup saya yang telah Allah berikan. Dengan mendengarkan dan ikut merasakan apa yang orang lain rasakan akan membuat kita bersyukur dan sadar betapa beruntungnnya hidup yang kita miliki.

2 komentar:

erina mengatakan...

jadi inget sama cerita hidupnya si ibu :(

Emilia Yulisita mengatakan...

iyaaa, hidup kita jauh lebih beruntung :')